Allah Mendidik Kita Untuk Berharap, Kok Bisa?
MENARIK,
saat penulis membaca buku “Percepatan Rezeki Dalam 40 Hari Dengan Otak kanan”
yang di tulis oleh Ippho ‘Right’ Santosa. Beliau ialah salah seorang pakar otak
kanan, penulis buku bestseller dan ia juga pernah mendapat MURI Award.
Rasa penasaran dengan sub judul ‘Allah mendidik kita untuk berharap’ kemudian penulis terus mencari tahu apa maksud dari judul diatas.
Rasa penasaran dengan sub judul ‘Allah mendidik kita untuk berharap’ kemudian penulis terus mencari tahu apa maksud dari judul diatas.
Awalnya ia memulai dengan firman Allah, Artinya : “Wahai anak Adam, bersungguh-sungguhlah engkau beribadah kepada-Ku. Niscaya Aku akan memenuhi dada engkau dengan kecukupan dan Aku akan menanggung kefakiran engkau. Bilamana engkau tidak melakukannya, maka Aku akan memenuhi dada engkau dengan kesibukan dan Aku tidak akan menanggung kefakiran engkau.” itu artinya dengan ibadah yang sungguh-sungguh, kita boleh berharap dicukupkan dan dijauhkan dari kefakiran.
Lebih jauh lagi,
berharap kepada Allah itu memang fitrahnya manusia. Karena Allah-lah yang telah
mendidik kita untuk berharap dengan adanya kemudahan dan kesulitan, pahala dan
dosa, surga dan neraka. Akhirnya, harapan demi harapan pun terbersit di hati
manusia. Right?
Pertama, diimbuhkan oleh Nabi, “Sesungguhnya, pahala
(ganjaran) engkau sesuai dengan kadar kepayahan dan nafkah engkau.”
Kedua, bukankah Allah
sengaja meningikan ganjaran bersedekah sesuatu yang dicintai ketimbang
bersedekah sesuatu yang biasa-biasa saja?
Ketiga, Bukankah Allah
sengaja meninggikan ganjaran berumrah di bulan Ramadhan ketimbang berumrah
dibulan lainnya?
Keempat, Bukankah Allah
sengaja meninggikan ganjaran puasa sunnah dua hari ketimbang berpuasa sunnah
satu hari?
Kelima, Bukankah Allah
sengaja meninggikan ganjaran shalat dhuha delapan rakaat ketimbang shalat dhuha
dua rakaat?
Keenam, Bukankah Allah
sengaja meninggikan ganjaran berzikir semalaman ketimbang berzikir sekadarnya?
Ternyata itu penyebab
kenapa Ippho ‘Right’ Santosa menulis bagian ini. Mungkin masih menimbulkan
pertanyaan ya, namun sekilas sudah jelas meski masih remang-remang.
Buat sahabat Pena Koetaradja
yang faham, silahkan komen pada kolom dibawah ini ya, mau bertanya atau mau
menjawab boleh.
Post a Comment