Cara Menjadi Ayah yang Bijak
Foto : Google
SIAPA
yang tidak ingin menjadi ayah? Pasti kebanyakan dari anda ingin menjadi ayah dari
anak-anak mungil anda. Panggilan ayah, seolah menjadi sapaan yang bisa membuat
kita bergetar. Kenapa tidak, sapaan ini lahir dari ucapan anak-anak yang masih
polos dan iklas dalam berucap.
Memang tanggung jawab
seorang ayah tidak mudah, selain mencari nafkah, ia juga dituntut untuk menjaga
keharmonisan dalam keluarga agar tetap terjaga.
“Laki-laki adalah
pemimpin kaum wanita, karena Allah telah melebihkan sebagian mereka atas
sebagian lainnya dan karena mereka telah membelanjakan sebagian harta mereka.”
(QS.An-Nisa’: 34).
Ayah. Kata itu yang
mengajari kita makna dari tangug jawab. Kehadiran sosial anda terasa
benar-benar berharga. Ayah adalah seorang pejuang sejati yang takkan merelakan
buah hatinya lemah.
Lemah badannya, lemah
intelektualitasnya, lemah prestasinya, lemah ekonominya, serta lemah agamanya. Karena
Tuhan telah mewanti-wanti dalam kitab suci-Nya.
“dan hendaknya takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap mereka.” (QS. An-Nisa’: 9).
Menjadi ayah yang baik
dan bijak, siapa yang tidak mau? Pasti semua memimpikan hal tersebut, berikut
beberapa langkah yang harus dilakukan seorang ayah terhadap keluarganya:
Menjadi Ayah
mengharuskan anda belajar untuk tidak pernah menagih penghormatan yang lebih.
Baca : Amalan Paling PraktisSedunia
Menjadi ayah juga sebuah
pembelajaran untuk rela dan mengalah. Rela dan mengalah menjadi orang yang
dihormati tiga tingkat di bawah penghormatan terhadap seorang ibu.
Menjadi ayah adalah
sebuah perjuangan untuk mengasihi tanpa pamrih. Keluarga kita bukan hanya
mengharap tercukupi kebutuhan ekonominya semata, tetapi kasih sayang dan
perhatian jauh lebih dibutuhkan oleh mereka.
Menjadi ayah adalah
sebuah perjuangan untuk bisa mengatur waktu, kapan waktu menyibukkan diri
mencari nafkah, dan kapan waktu untuk bercanda bersama anak istri.
Menjadi ayah
mengharuskan anda mempunyai sikap bijak dalam mengatur waktu, kapan sibuk
dengan dunia kerja, dan kapan ada waktu shalat berjamaah, menyimak iqra’,
memeriksa hafalan, serta menemani belajar dan mendiskusikan PR-PR si kecil.
“sesungguhnya Allah SWT
akan menanyakan setiap pemimpin dari apa yang dipimpin, apakah dia menjaganya
atau menyinyiakannya, sehingga seorang suami akan di tanya mengenai keluarga
rumah tengganya.” (HR.An-Nasa’i).
Post a Comment